Banjarhits.id – Ketua Umum Gabungan Ahli Tehnik Nasional Indonesia (GATENSI) Bambang Rahmadi, mengatakan Indonesia kekurangan tenaga ahli proyek infrastruktur. Menurut Bambang, maraknya kecelakaan kerja proyek infrastruktur, salah satunya dipicu minimnya tenaga ahli bersertifikasi.
Indonesia saat ini, kata dia, baru memiliki 700 ribu orang tenaga tehnik yang bersertifikat. “Padahal keinginan pusat harus tersedia 7 juta tenaga tehnik konstruksi yang bersertifikat. Jadi baru tercover 10 persen,” ujar Bambang Rahmadi usai pembukaan Musda I Badan Pengurus Daerah Gatensi Kalsel, Kamis (8/3/2018) di Banjarmasin. Ia mengimbau perwakilan Gatensi di setiap provinsi segera menyiapkan tenaga ahli bersertifikat sesuai amanah Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. Menurut Bambang, beleid itu mengharuskan setiap proyek wajib memiliki tenaga tehnik bersertifikasi. “Ini tantangan kita, Insya Allah keinginan pemerintah untuk 7 juta tenaga tehnik bersertikasi tahun 2018 bisa terpenuhi,” kata Bambang. Itu sebabnya, ia menuturkan perlu ada pelatihan terus-menerus membentuk tenaga SDM ahli di bidang konstruksi untuk mengimbangi gencarnya pembangunan infrastruktur di Tanah Air. Sertifikasi sangat penting karena dapat menahan masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia, termasuk ke Kalimantan Selatan.
Melalui SDM tenaga konstruksi yang bersertifikasi, ia berharap dapat meredam masuknya tenaga kerja asing sektor kontruksi ke dalam negeri. Bambang mengatakan, sertifikasi tenaga kerja lokal sangat strategis untuk memastikan lapangan kerja yang tersedia diserap oleh pekerja lokal. Sebab tingkat pengangguran di dalam negeri sendiri masih sangat tinggi. “Jangan sampai, yang unskill labour juga masuk ke Indonesia,” katanya. Bambang optimistis, sektor konstruksi akan terus tumbuh seiring banyaknya proyek-proyek infrastruktur pada periode 2015-2019. Di Indonesia, ia mencontohkan sejumlah proyek strategis seperti proyek 15 bandara baru, 24 pelabuhan, 2.650 kilometer jalan nasional, 1.000 kilometer jalan tol, 3.258 kilometer jalur kereta api, dan 60 pelabuhan penyeberangan. Proyek itu, kata dia, membutuhkan dana pembangunan infrastruktur sebesar Rp 5.519 triliun. Bambang yakin, konstruksi Indonesia tiga besar penyumbang Produk Domestik Bruto nasional tahun 2018. Meski pada kuartal I-2017 sektor ini hanya di posisi keenam penyumbang PDB.